RealEstat.id (Jakarta) – Musim hujan kerap membawa kekhawatiran bagi masyarakat di berbagai daerah Indonesia.
Setiap tahun, banjir menyebabkan kerugian besar, baik secara ekonomi maupun keselamatan warga.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, pada Maret 2025 lalu, banjir di wilayah Jabodetabek menimbulkan kerugian hingga Rp1,6 triliun.
Salah satu penyebab tingginya kerugian adalah keterlambatan informasi. Banyak masyarakat baru menyadari bahaya ketika air sudah masuk ke rumah, sehingga waktu untuk menyelamatkan diri sangat terbatas.
Baca Juga: 5 Tips Membangun Rumah Anti Banjir
Kondisi ini menegaskan pentingnya peran early warning system (EWS) yang mampu memberikan peringatan dini secara cepat, akurat, dan dapat diandalkan.
Pentingnya Teknologi Peringatan Dini
Menurut Product Manager PT Nusa Network Prakarsa, M. Abghi Giffary, masih banyak pemerintah daerah yang belum memiliki perangkat early warning system untuk mengantisipasi banjir.
Padahal, teknologi ini dapat menjadi investasi jangka panjang untuk melindungi masyarakat.
“Dengan early warning system, keputusan bisa diambil lebih cepat, koordinasi lebih terarah, dan potensi jatuhnya korban jiwa dapat ditekan seminimal mungkin,” ungkap Abghi melalui keterangan resmi, Selasa (30/09/2025).
Baca Juga: Tips Jitu Mengetahui Lokasi Rumah Idaman Terbebas dari Banjir
Teknologi berbasis sensor dan Internet of Things (IoT) memungkinkan pemantauan kondisi lingkungan secara real-time.
Informasi yang terkumpul bisa langsung diteruskan kepada pihak berwenang maupun masyarakat, sehingga langkah mitigasi bencana alam dan evakuasi dapat dilakukan lebih dini.
Inovasi IoT Mitigasi Bencana
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, PT Nusa Network Prakarsa meluncurkan Nada, sebuah solusi IoT untuk sistem peringatan dini.
Perangkat ini didesain menggunakan sensor compact berstandar IP68 yang tahan terhadap kondisi ekstrem.
Baca Juga: Langkah Mudah Buat Rumah Bersih Kembali Usai Terendam Banjir
Keunggulan Nada antara lain:
- Solar powered, sehingga dapat beroperasi mandiri tanpa bergantung pada pasokan listrik.
- Koneksi fleksibel, mampu mengirim data melalui jaringan seluler hingga 4G dan dapat ditingkatkan ke satelit.
- Data real-time, dengan interval sampling fleksibel (5–60 menit).
- Dashboard interaktif, memudahkan otoritas membaca data sesuai kebutuhan.
- Instalasi praktis, mudah dipasang serta minim perawatan.
Sensor untuk Mitigasi Banjir
Teknologi IoT Nada dilengkapi dengan kombinasi perangkat sensor yang relevan untuk mitigasi banjir.
Perangkat sensor tersebut terdiri dari:
- Water level sensor berbasis radar dengan jangkauan hingga 40 meter tanpa komponen yang terendam.
- Rain gauge sensor beresolusi 0,2 milimeter yang tetap menyimpan data meskipun sinyal lemah.
- Weather sensor untuk memantau parameter cuaca seperti radiasi matahari, sambaran petir, kelembaban, curah hujan (resolusi 0,017 mm), dan suhu udara.
Baca Juga: Rencana Tata Ruang, Salah Satu Cara Mitigasi Bencana Alam
Dengan perangkat tersebut, informasi yang dihasilkan menjadi lebih komprehensif, sehingga membantu pemerintah daerah mengambil keputusan yang tepat.
Abghi menegaskan, melalui Nada, perusahaannya ingin menghadirkan solusi early warning system yang lebih modern, cerdas, dan mudah diadopsi.
“Kehadiran Nada bukan sekadar inovasi teknologi IoT untuk mitigasi banjir saja, tetapi juga bentuk kontribusi nyata perusahaan untuk mendukung pemerintah menciptakan peringatan dini yang lebih efektif,” tandasnya.
Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News