
RealEstat.id (Jakarta) – PT Cemindo Gemilang Tbk, produsen Semen Merah Putih, mengumumkan lompatan penting dalam inovasi bioteknologi melalui pengembangan MPTree.
MPTree merupakan sebuah sistem photobioreactor berbasis mikroalga yang dikembangkan oleh Semen Merah Putih berkolaborasi dengan Algaepark Indonesia Mandiri sebagai mitra riset.
Mikroalga ini disebut sebagai “pohon cair” karena kemampuannya meniru, bahkan melampaui fungsi pohon dalam penyerap karbon dioksida atau CO₂.
Melalui serangkaian uji lapangan di fasilitas manufaktur Yogyakarta dan Sukoharjo terungkap bahwa unit pohon cair penyerap karbon MPTree berkapasitas 200 liter terbukti mampu menyerap CO₂ setara 16,08 pohon dewasa.
Baca Juga: Segudang Manfaat Mikroalga: Mulai dari Kesehatan hingga Bikin Lingkungan Lebih Hijau
Head of Marketing Semen Merah Putih, Nyiayu Chairunnikma menyatakan temuan ini menegaskan komitmen perusahaan perihal Net Zero Emission, melalui implementasi infrastruktur produksi dan fasilitas publik, untuk mengubah emisi menjadi solusi yang berkelanjutan.
“Inovasi MPTree membuktikan bahwa tanggung jawab terhadap lingkungan adalah prioritas Semen Merah Putih, dengan dukungan sains dan investasi teknologi yang berani,” kata Nyiayu Chairunnikma, Selasa (25/11/2025) di Jakarta.
Menjawab Krisis Polusi Udara Perkotaan

Seperti kita tahu bersama, kota-kota besar di Indonesia tengah menghadapi tantangan serius terkait kualitas udara.
Sekitar 70% emisi karbon nasional atau setara 123 juta ton CO₂ per tahun, berasal dari sektor transportasi.
Kondisi ini semakin berat karena keterbatasan lahan perkotaan yang bisa digunakan sebagai ruang hijau untuk menanam pohon baru.
Baca Juga: Begini Cara Semen Merah Putih Menghargai ‘Pahlawan Konstruksi’ Indonesia
Oleh sebab itu, perlu adanya inovasi yang memiliki efisiensi ruang dan tingkat penyerapan karbon tinggi.
Komisaris Utama Algaepark Indonesia Mandiri, Is Heriyanto menjelaskan MPTree bisa menjadi solusi dekarbonisasi yang fleksibel ditempatkan pada area industri maupun public space.
“MPTree tak butuh lahan besar, karena alatnya hanya sekitar 2 x 2 m2 atau fleksibel mengikuti kebutuhan,” terang Is Heriyanto.
“Bandingkan bila kita menanam 16 pohon butuh area ratusan m2 dan pastinya harga lahan tanahnya sudah mahal. Sedangkan pohon cair penyerap karbon ini jauh lebih terjangkau,” tambah dia.
Baca Juga: Pentingnya Standar Keamanan Konstruksi untuk Bangun Masa Depan Arsitektur Berkelanjutan
Apalagi secara manfaat, MPTree Semen Merah Putih juga memiliki efisiensi penyerapan CO₂ 15 hingga 50 kali lebih tinggi dibandingkan mekanisme fotosintesis pohon biasa.
Teknologi Cerdas yang Siap Kerja 24 Jam
Keunggulan MPTree, imbuh Heriyanto, tak hanya terletak pada efisiensi penyerapan karbon saja, tetapi juga pada desain teknologinya.
Sistem ini beroperasi menggunakan energi hibrid panel durya dan PLN, sehingga memastikan kultivikasi mikroalga aktif selama 24 jam penuh.
MPTree juga dilengkapi teknologi Internet of Things (IoT) dan memiliki empat sensor real time yang memantau:
- Jumlah CO₂ yang diserap
- Oksigen yang dihasilkan
- Kadar pH dan suhu air
- Kepadatan sel mikroalga
Baca Juga: Tenant Makin Peduli ESG, Pasar Perkantoran Hijau Tumbuh Stabil di CBD Jakarta
Keakuratan data ini menjamin proses kultivasi berlangsung secara terkontrol dan efisien.
Adapun implementasi nyata akan terus diperluas, termasuk pemasangan unit MPTree di Plant Jatiasih, Bekasi pada Desember mendatang.
Dari Emisi Menjadi Komoditas Bernilai Ekonomi
Menurut Is Heriyanto, MPTree membawa dampak lebih luas daripada sekadar mitigasi emisi.
Inovasi bioteknologi Semen Merah Putih tersebut berhasil menciptakan ekosistem sirkular, lantaran dapat mengubah polutan menjadi biomassa yang bernilai tambah.
Sistem ini mampu menyimpan hingga 91,7% karbon yang diserap. Kandungan karbon tersebut terakumulasi dalam bentuk biomassa kering mikroalga (13,5%) dan karbon terlarut (78,2%).
Baca Juga: Inovasi Material Bangunan Ramah Lingkungan Bantu Kurangi Emisi Karbon
Dalam pengembangannya, biomassa mikroalga berpotensi diolah menjadi biofertilizer untuk pertanian atau biofuel untuk energi terbarukan di masa depan.
“Inovasi ini adalah model yang menunjukkan bahwa masalah lingkungan dapat diubah menjadi peluang ekonomi hijau yang berkelanjutan,” pungkas Heriyanto.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News










