RealEstat.id (Jakarta) – Sektor rumah tapak masih menjadi primadona dan pilihan utama bagi konsumen yang mencari tempat tinggal di Jabodetabek. Bahkan, oleh sebagian pengamat dianggap sebagai “condominium killer“.
Konsultan real estat, Leads Property mencatat, hingga Kuartal I 2025 tersedia pasokan 188.000 unit rumah tapak di Jabodetabek, yang dipasarkan dengan harga rata-rata Rp2,5 miliar per unit.
“Dengan angka pasokan tersebut, tingkat penjualan rata-rata rumah tapak di Jabodetabek sepanjang Kuartal I 2025 mencapai 93%,” terang Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Department PT Leads Property Services Indonesia.
Baca Juga: Pasokan Perumahan Menengah Bawah Banjiri Jabodetabek-Karawang, Ini Penyebabnya!
Leads Property mencatat, sebanyak 2.600 unit rumah tapak di Jabodetabek yang berhasil terserap pasar selama tiga bulan pertama 2025, di mana Tangerang menyumbang lebih dari 50% dari total permintaan.
Sementara itu, pasokan rumah tapak baru yang diluncurkan pada Kuartal I 2025 mencapai 3.600 unit, yang didominasi oleh segmen menengah (middle segment). Menurut Martin Samuel Hutapea, hal ini mencerminkan fokus pengembang pada mass market.
“Kawasan Tangerang masih mendominasi pasar rumah tapak di Kuartal pertama 2025 dengan total penyerapan sebesar 72%,” jelasnya dalam acara Media Briefing Jakarta Property Market Insight, Kamis (19/6/2025).
Sepanjang Kuartal I 2025, Tangerang mendapat tambahan pasokan 11% secara tahunan (YoY), dengan
tingkat penjualan naik 0,4% (YoY) dan pertumbuhan harga meningkat 5% (YoY).
Baca Juga: Dipimpin Tangerang dan Bekasi, Pasar Perumahan Tapak di Jabodetabek Terus Bertumbuh
Tambahan suplai rumah tapak di Jakarta bertambah 4% secara tahunan, sedangkan penjualan naik 2% (YoY) dan kenaikan harga berkisar 5% (YoY).
Sementara itu, Depok mendapat 6% tambahan pasokan rumah tapak di Kuartal pertama 2025 (YoY), dengan tingkat penjualan naik hanya 1% (YoY) dan pertumbuhan harga naik 11% (YoY).

Harga rumah tapak di Bekasi naik paling tinggi secara tahunan, yakni 28%, sedangkan tambahan pasokan mencapai 4% (YoY) dan penjualan naik hanya 0,3%.
Di sisi lain, Bogor menikmati pertumbuhan harga mencapai 13% per tahun, dengan tambahan pasokan 8% (YoY) dan tingkat penjualan naik 1% secara tahunan.
Baca Juga: Segmen Atas Mendominasi, Perumahan Jabodetabek-Karawang Banyak Diminati End-User
Leads Property memprediksi, perumahan skala kota (township) besar dengan fasilitas lengkap dan lahan terbatas mulai beralih fokus dari pengembangan rumah segmen menengah ke segmen menengah atas.
“Untuk memenuhi kebutuhan segmen menengah, pengembang cenderung mengembangkan low-rise condominium dengan harga yang lebih terjangkau di dalam kawasan tersebut,” tutur Martin.
Menurutnya, agar menarik minat konsumen, terutama first-time home buyer, township yang dikembangkan jauh dari pusat kota harus menawarkan harga terjangkau dan perencanaan yang matang.
“Township dengan fasilitas lengkap, ruang terbuka hijau, lingkungan bebas polusi, dan infrastruktur baik akan lebih diminati oleh keluarga baru yang mencari rumah pertama,” paparnya.
Baca Juga: Nilai Kawasan Pengembangan Rumah Tapak di Jabodetabek Bisa Cepat Naik, Ini Syaratnya!
Sementara itu, imbuh Martin, kenaikan harga rumah yang tak sejalan dengan pendapatan masyarakat menyebabkan perumahan terjangkau bergeser ke pinggiran kota penyangga Jakarta, seperti Cisauk, Cikupa, Balaraja, dan Tenjo di Tangerang.
“Tak hanya lokasi yang bergeser, ukuran rumah yang ditawarkan pun cenderung mengecil, meski biaya yang dikeluarkan relatif sama dengan tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Martin pun menyoroti harga rumah yang kian tak terjangkau bagi generasi muda. Hal ini, menurutnya, akan mendorong perubahan pola konsumsi rumah dari membeli ke menyewa.
“Menyewa rumah di kawasan perkotaan Jakarta, oleh sebagian orang, dianggap lebih praktis dan efisien, terutama bagi mereka yang bekerja di Jakarta dan sekitarnya, guna menghemat biaya transportasi dan waktu perjalanan,” tutupnya.
Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News