Beranda Pasar Properti MRT Jadi Katalis, Pasar Properti Jabodetabek Diproyeksikan Tangguh di 2026

MRT Jadi Katalis, Pasar Properti Jabodetabek Diproyeksikan Tangguh di 2026

Salah satu faktor mendukung pasar properti di Jakarta adalah konsep Transit Oriented Development (TOD) yang diterapkan di sepanjang jalur MRT (Moda Raya Terpadu).

141
0
MRT Jakarta Pasar Properti Jabodetabek realestat.id dok (1)
MRT Jakarta (Foto: Dok. Wikipedia)
Google search engine

RealEstat.id (Jakarta) – Memasuki tahun 2026, pasar properti di Jabodetabek, baik subsektor perkantoran, ritel, hunian, hotel, dan industri, diproyeksikan akan tetap tangguh.

Menurut konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia, kondisi ini didukung oleh pengembangan infrastruktur, kebijakan pemerintah, serta ekspansi bisnis yang berkelanjutan.

Salah satu faktor mendukung pasar properti Jabodetabek adalah konsep Transit Oriented Development (TOD) yang diterapkan di sepanjang jalur MRT (Moda Raya Terpadu).

Hal ini dinilai tidak hanya meningkatkan konektivitas dan kualitas hidup, tetapi juga menciptakan peluang investasi yang signifikan bagi pengembangan kawasan terpadu.

Baca Juga: Pasar Perkantoran Jakarta: Menuju Fase Pemulihan, Meski Oversupply Membayangi

“Dengan sinergi antara pembangunan transportasi massal dan tata ruang kota, kami percaya bahwa koridor MRT akan menjadi katalis utama dalam membentuk kota Jakarta yang lebih livable, inklusif, dan berdaya saing tinggi,” tutur Arief Rahardjo, Director of Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia.

Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, penyerapan bersih pasar perkantoran CBD Jakarta mencapai 105.000 m² di sepanjang 2025, yang didominasi gedung Grade A.

Tingkat hunian meningkat menjadi 76,7% dan diperkirakan naik ke 78,8% pada 2026 karena tidak ada pasokan baru hingga 2027.

Harga sewa dasar rata-rata mencapai Rp173.900/m² per bulan, naik 3% secara tahunan (YoY) dan diproyeksikan tumbuh 4% pada 2026.

Baca Juga: Pasar Ritel Jakarta Tetap Tangguh, Okupansi Tembus 90% di Tengah Persaingan Ketat

“Gedung di sepanjang jalur MRT menunjukkan tingkat hunian lebih tinggi dibandingkan lokasi non-MRT, menjadikan koridor Thamrin – Kota Tua sebagai hotspot pengembangan berikutnya,” tuturnya.

Sementara itu, pasar ritel Jakarta tetap resilien dengan okupansi 77,2% meski ada tambahan pasokan. Tahun 2026 diperkirakan hadir 61.000 m² ruang ritel baru, terutama di luar CBD Jakarta.

Permintaan didorong oleh ekspansi merek internasional dan F&B seperti 88SEOUL, Beauty in the Pot, serta brand mewah Hermès, Loewe, Jimmy Choo.

“Kawasan ritel di sepanjang jalur MRT Fase 1 dan 2 menjadi pusat pertumbuhan, dengan harga sewa dasar stabil di Rp834.900 per meter persegi per bulan,” kata Arief.

Di sisi lain, segmen apartemen diproyeksikan menambah 11.300 unit pada 2026, mayoritas di Tangerang dan Bekasi.

Baca Juga: Pasar Apartemen Jakarta Stabil, Segmen Upper–Luxury Jadi Penggerak Utama

Insentif PPN DTP yang diperpanjang hingga 2027 menjaga keterjangkauan dan mendorong penjualan, dengan tingkat serapan diperkirakan tetap kuat di 94%.

Sedangkan, hunian tapak juga menunjukkan ketahanan, didukung pengembangan township dan akses tol, dengan harga lahan naik 3% ke Rp13,2 juta/m².

“Proyek perumahan tapak yang berlokasi dekat dengan jalur MRT, LRT, dan KRL mencatat kinerja penjualan lebih baik,” terang Arief.

Menurut riset Cushman & Wakefield Indonesia, pasar apartemen sewa dan serviced apartment tercatat terus mengalami pemulihan, dengan okupansi meningkat pascapandemi. Penyesuaian harga sewa diperkirakan minimal, mengikuti inflasi.

Baca Juga: Pasar Properti Jabodetabek Masih Tertekan, Kecuali Tiga Sub-sektor Ini

Arief Rahardjo menerangkan, di sektor hotel, tingkat hunian rata-rata 65% pada akhir 2025, dengan tarif kamar (ADR) tumbuh 2–3%.

Operator hotel, imbuhnya, kini fokus pada diversifikasi pasar dan inovasi layanan untuk menarik tamu leisure dan korporasi.

Sementara itu, permintaan lahan industri diperkirakan mencapai 250 hektare pada 2025 dan terus meningkat di 2026, didorong oleh investor asing, khususnya sektor EV, manufaktur, dan data center.

Harga lahan industri diproyeksikan naik ke Rp2,98 juta/m², sementara tarif sewa gudang mencapai Rp84.073/m² per bulan.

“Ekspansi kawasan industri akan meluas ke Purwakarta dan Subang,” pungkas Arief Rahardjo.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

4 + 19 =