
RealEstat.id (Jakarta) – Sektor real estate Indonesia mengalami transformasi yang membawa arah baru dalam tren pasar properti dan investasi nasional.
Perubahan tren pasar properti tersebut menjadi sorotan utama dalam perayaan 45 tahun JLL Indonesia bertajuk “The Next Chapter of Indonesia Real Estate”, pada Kamis (30/10/2025) di Jakarta.
Dalam kesempatan itu, JLL Indonesia menegaskan bahwa masa depan investasi sektor properti akan semakin beragam dan berorientasi pada pertumbuhan berkelanjutan.
Bila selama ini investasi lebih banyak mengalir ke sektor perkantoran tradisional, kini tren bergeser ke aset alternati, seperti logistik, pusat data, dan hunian sewa skala besar.
Baca Juga: Investasi Real Estate Komersial Asia Pasifik Meningkat 23% di 2024, Ini Dia Pemicunya!
Pasar Kantor Alami Penyesuaian

Menurut laporan terbaru JLL, total pasokan ruang kantor di Indonesia saat ini telah mencapai 10 juta meter persegi, termasuk 3,7 juta meter persegi kategori Grade A.
Dari jumlah tersebut, sekitar 3 juta meter persegi masih tersedia, dengan 1,3 juta meter persegi di antaranya merupakan Grade A.
Meski pasar tengah mengalami kelebihan pasokan, gedung perkantoran premium tetap menunjukkan performa positif. JLL memperkirakan tarif sewa ruang perkantoran premium naik 10% dalam lima tahun ke depan.
Untuk gedung dengan kinerja kurang optimal, JLL merekomendasikan strategi optimalisasi aset seperti retrofit, penerapan sertifikasi bangunan hijau, hingga alih fungsi gedung.
Baca Juga: Tren Flight-to-Quality di Pasar Perkantoran CBD Jakarta
Hal ini sebagaimana kesuksesan transformasi Empire State Building menjadi salah satu gedung paling ramah lingkungan di dunia.
Logistik dan Industri Jadi Pusat Pertumbuhan Baru
Sektor logistik dan industri menempati posisi terdepan dalam peta transformasi dan investasi baru real estate Indonesia.
Dalam satu dekade terakhir, pasokan gudang logistik modern di Jabodetabek meningkat tiga kali lipat, dengan tingkat hunian mencapai 94%, jauh di atas rata-rata kawasan APAC (86%).
Permintaan baru bahkan diperkirakan mendekati 1 juta meter persegi dalam tiga tahun ke depan, di mana setengahnya berasal dari perusahaan asal China.
Baca Juga: Kinerja Sektor Pergudangan Modern yang Sehat Picu Investor Aktif Cari Peluang
Menariknya, tren permintaan kini bergeser dari fasilitas purpose-built menuju solusi sewa siap pakai (plug-and-play) yang lebih efisien dan fleksibel.
Managing Director JLL Asia Tenggara, Michael Glancy menerangkan lonjakan permintaan dari perusahaan-perusahaan asal China adalah tren signifikan tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga untuk seluruh Asia Tenggara.
“Produsen berpengalaman dari China kini aktif mendiversifikasi rantai pasokan mereka,” kata Michael Glancy.
Lebih lanjut Michael berujar, sektor industri dan logistik Indonesia yang kuat juga semakin meyakinkan perusahaan China untuk berinvestasi.
Baca Juga: Indonesia Jadi Destinasi Utama Perusahaan Manufaktur Dunia, Ini Alasannya!
Pusat Data dan AI Jadi Motor Ekonomi Digital
Pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan transformasi digital juga menciptakan peluang besar bagi real estate di sektor pusat data (data center).
Sejak 2021, kapasitas lokasi pusat data Indonesia meningkat tiga kali lipat, dengan Jakarta dan Batam sebagai pusat pertumbuhan utama.
Posisi Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara menjadikannya magnet investasi bagi operator pusat data global.
Selain logistik dan pusat data Indonesa, sektor hunian sewa, kesehatan, serta pendidikan juga menunjukkan potensi yang menjanjikan.
Wilayah Jabodetabek, Bali, dan Batam kini menarik minat investor asing di bidang klinik, rumah sakit, hingga fasilitas riset dan pengembangan.
Tren ini terjadi seiring bertambahnya populasi lansia, dari 22 juta jiwa pada 2025 menjadi 27 juta pada 2030.
Masa Depan Properti Indonesia
Sementara itu Country Head JLL Indonesia, Farazia Basarah berpendapat masa depan pasar properti Indonesia berada pada titik penyesuaian.
Transformasi ini membuka peluang investasi bagi sektor alternatif.
“Penyesuaian terhadap kelebihan pasokan di sektor tradisional membuka peluang bagi sektor logistik, pendidikan, kesehatan, perhotelan, dan pusat data,” ujar Farazia Basarah.
Dalam refleksi 45 tahun kiprahnya di Indonesia, JLL menegaskan komitmen untuk mendukung para pemangku kepentingan dalam menghadapi perubahan lanskap industri real estate nasional.
Baca Juga: Kali Keempat, JLL Indonesia Raih Peringkat Teratas MSCI Real Capital Analytics
“Kami berkomitmen membantu pelaku industri menavigasi perubahan ini menuju pertumbuhan berkelanjutan.” pungkas Farazia Basarah.
Sepanjang 2024, JLL mencatatkan transaksi senilai USD432 juta dan pangsa pasar 78,4%.
Angka itu menjadikannya pemimpin pasar yang kembali menduduki posisi teratas versi MSCI Real Capital Analytics 2025.
Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News
 
            
 
	