Beranda Desain & Gaya Hidup Scandinasian: Tren Desain Baru yang Mengubah Wajah Properti Bali

Scandinasian: Tren Desain Baru yang Mengubah Wajah Properti Bali

Alih-alih bersaing dengan keindahan alam Bali melalui dekorasi yang berlebihan, desain Scandinasian justru melengkapinya lewat kesederhanaan dan kualitas.

954
0
Desain Scandinasian Leviro Residences Munggu Bali Core Concept Living realestat.id dok
Desain Scandinasian (Foto: Istimewa)
Google search engine

RealEstat.id (Jakarta) – Perkembangan menarik tengah berlangsung di pasar properti Bali. Para pengembang menemukan bahwa pembeli properti mancanegara menunjukkan ketertarikan yang kuat pada estetika desain yang seragam.

Desain tersebut mewakili gaya minimalis khas Skandinavia yang dikombinasikan dengan elemen desain universal yang mengutamakan kenyamanan dan fungsionalitas.

Temuan ini bukanlah kebetulan. Justru, ini mencerminkan sesuatu yang lebih mendalam: cara orang-orang dari berbagai belahan dunia ingin menikmati hidup dengan cara yang serupa, terlepas dari latar belakang mereka.

Sebagai catatan, Bali mencatat kedatangan 5,2 juta wisatawan pada 2024, meningkat 24,5% dari tahun sebelumnya.

Dalam pasar properti yang semakin kompetitif, desain arsitektur yang menonjol terbukti mampu menaikkan nilai properti sebesar 7% hingga 15%. Dengan arus wisatawan yang terus tumbuh, faktor desain menjadi keunggulan yang sangat berharga.

Baca Juga: Tawarkan Konsep Wellness Hospitality, Murino Group Perkenalkan The Ease Canggu

Di kawasan dengan permintaan tinggi, harga properti bahkan melonjak hingga 50%. Sementara itu, permintaan akan pembelian properti naik 14% sepanjang 2024, menandakan pentingnya diferensiasi desain untuk memperoleh posisi yang kuat di pasar.

Namun, yang terjadi di Bali bukan sekadar soal strategi pasar. Pulau ini telah berkembang menjadi titik pertemuan berbagai budaya—tempat di mana penduduk lokal hidup berdampingan dengan pendatang dari seluruh Indonesia dan berbagai negara. Mereka seringkali disatukan oleh selera estetika yang serupa.

Seiring berjalannya waktu, interaksi yang intens di antara komunitas multikultural ini melahirkan gaya arsitektur baru yang tumbuh secara alami.

Gaya ini melampaui sekadar simbol budaya, melainkan menjadi cerminan identitas kolektif baru di Bali yang dinamis dan inklusif.

Salah satu gaya desain yang tercipta adalah Scandinasian, yang memadukan minimalisme Skandinavia dengan sensibilitas khas Asia.

Filosofi Skandinavia tentang lagom—takaran yang tepat: tidak kurang, tidak berlebihan—menciptakan ruang yang terasa mewah dan layak huni.

Baca Juga: Nyaris Sold Out Saat Diluncurkan, Penjualan OXO The Pavilions Sukses Besar

Garis-garis tegas, material alami, dan penggunaan cahaya natural secara maksimal, menciptakan rumah yang fungsional dan nyaman.

Tambahkan perhatian terhadap detail ala minimalisme Jepang dan konsep harmoni khas Bali, maka terciptalah hunian yang terasa akrab dan segar bagi para pembeli lokal dan internasional dari latar belakang yang sangat beragam.

Mengaplikasikan perkawinan gaya-gaya desain ini menjadi hal yang menarik. Lupakan vila khas Bali dengan ukiran batu dan detail ornamen yang rumit.

Pengembangan baru ini mengutamakan tata ruang terbuka dengan proporsi luas laiknya di rumah-rumah di Stockholm atau Copenhagen.

Perencanaan ruang pun mengikuti prinsip-prinsip Skandinavia, di mana setiap jengkal area dibuat multi-fungsi, namun dalam skala yang lebih besar untuk mengakomodasi pembeli mancanegara yang terbiasa dengan hunian lapang di negara asal mereka.

Material pun mengikuti gaya ini, di mana kayu alami dengan berbagai sentuhan akhir menciptakan kedalaman visual yang menjadi ciri khas interior Skandinavia, sementara aksen logam yang ditempatkan secara strategis menambah kesan elegan tanpa mendominasi ruang.

Baca Juga: Kawasan Bali Barat Tawarkan Hidden Gem Bagi Para Investor Properti

Pendekatan ini mengakomodasi kecintaan masyarakat Skandinavia terhadap material yang “semakin tua, semakin indah”.

Untuk itu perawatan menjadi hal yang sangat penting diperhatikan di Bali yang memiliki iklim tropis, karena menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan investasi properti.

Pencahayaan alami pun dimaksimalkan lewat penempatan jendela-jendela besar, tanpa mengurangi privasi penghuni.

Sementara itu, sistem penyimpanan (storage) menggabungkan konsep built-in khas Skandinavia dengan kepraktisan khas tropis, yang menghadirkan furnitur modern namun tetap menjaga ruangan tetap rapi dan tidak berantakan.

Faktor perawatan tidak bisa dianggap remeh. Umumnya desain yang baik juga mengutamakan kemudahan perawatan. Hal ini sangat penting, terutama saat properti Anda kosong selama berbulan-bulan—ketika hendak disewakan.

Membangun di kawasan tropis membuat sentuhan akhir (finishing) mendapat perlakuan khusus. Tujuannya, agar hunian yang dibangun tahan terhadap kelembapan dan kerusakan akibat sinar UV, tetap terlihat indah meskipun bertambahnya usia—sesuai prinsip Skandinavia: desain yang bagus seharusnya semakin baik seiring waktu, bukan sebaliknya.

Shanny Poijes Victoria Fernandez core concept living bali realestat.id dok
Shanny Poijes, Founder & Managing Director of CORE Concept Living (kanan) and Victoria Fernandez, Creative Director of CORE Concept Living.

Baca Juga: Jangan Menunggu! Kini Munggu Jadi Incaran Investor Properti di Bali

Sebagaimana prinsip dasar properti, strategi dalam menentukan lokasi pengembangan, memainkan peran penting.

Area seperti Munggu menawarkan keseimbangan sempurna antara aksesibilitas dan ketenangan, dengan lokasi strategis di antara kawasan yang sudah berkembang, namun tetap mempertahankan nuansa desa yang menjadi daya tarik khas Bali.

Penekanan pada membangun koneksi dengan komunitas lokal memastikan bahwa pengembangan properti menyatu dengan kehidupan masyarakat setempat, bukan justru terpisah darinya.

Pembeli properti dari mancanegara saat ini semakin cerdas dalam memilih desain yang mereka inginkan,” jelas Shanny Poijes, Pendiri dan CEO CORE Concept Living.

“Mereka telah banyak bepergian, tinggal di berbagai negara, dan memahami arti kualitas. Mereka tidak sekadar membeli properti, namun berinvestasi dalam gaya hidup yang mencerminkan perspektif global mereka,” tuturnya.

Menurut Shanny, pendekatan Scandinasian ini begitu relevan, karena mencerminkan pengalaman mereka terhadap prinsip desain terbaik dari berbagai budaya, serta menciptakan ruang yang berkelas dan sangat nyaman.

Baca Juga: CORE Concept Living Hadirkan Hunian Bergaya Skandinavia Pertama di Bali

Di sisi lain, desain Japandi terus berkembang di tahun 2025. Gaya desain ini memadukan minimalisme ala Jepang dan fungsionalitas Skandinavia dengan desain biofilik, keberlanjutan, dan teknologi pintar, serta fokus pada minimalisme, fungsionalitas, dan koneksi yang mendalam dengan alam.

Gaya perpaduan Skandinavia-Jepang ini pun telah menjadi daya tarik masyarakat internasional, serta telah diaplikasi di banyak hunian mewah, mulai Singapura hingga Los Angeles, di mana penekanan terletak pada kenyamanan, fungsionalitas, dan material alami, sehingga selaras dengan keinginan para pembeli yang mencari efisiensi sekaligus ketenangan.

Sementara itu, Amanda Gunawan, Founding Partner OWIU Studio yang berbasis di Los Angeles, mengamati bahwa fleksibilitas desain Skandinavia membuatnya sangat cocok untuk dipadupadankan.

Dia menuturkan, desain ini menggabungkan fungsi dan keindahan, serta selalu berusaha menciptakan harmoni dalam sebuah ruang.

“Gaya Skandinavia mengutamakan desain yang tahan lama dan tidak mudah ketinggalan zaman, serta menekankan pada kualitas pengerjaan yang baik,” terangnya.

Keberlanjutan tercapai secara alami melalui standar durabilitas Skandinavia dan desain yang sadar energi.

Baca Juga: Gelontorkan Rp2,4 Triliun, Nuanu Bangun 50 Proyek Dalam Kawasan Terpadu di Bali

Dikombinasikan dengan strategi ventilasi alami, rumah-rumah ini hanya memerlukan sedikit pendingin udara buatan, namun tetap menjaga interior yang nyaman dan terang.

Pendekatan ini menggunakan keterampilan pengrajin lokal yang menghasilkan karya kontemporer, di mana teknik tradisional membuahkan produk berkualitas modern.

Tren ini mencerminkan sesuatu yang mendalam tentang bagaimana pembeli properti internasional memaknai kualitas hidup saat ini.

Mereka menginginkan ruang yang terasa elegan sekaligus nyaman, mengesankan namun tetap layak huni.

Perpaduan kehangatan ala Skandinavia, kesadaran ala Jepang, dan harmoni khas Bali menciptakan hunian yang cocok untuk semua orang. Itu sebabnya estetika ini begitu kuat pengaruhnya di lanskap multikultural Bali.

Ketika orang Australia, Eropa, Amerika, dan Asia sama-sama mengapresiasi prinsip desain yang sama, berarti Anda telah menemukan sesuatu yang bersifat universal.

Baca Juga: NPG Indonesia: Townhouse Bakal Jadi Tren Pengembangan Hunian di Bali, Ini Alasannya!

Pendekatan Scandinasian bukan sekadar perubahan estetika, melainkan sebuah cara pandang baru yang mendasar tentang arti kualitas dalam konteks iklim tropis.

Alih-alih bersaing dengan keindahan alam Bali melalui dekorasi yang berlebihan, rumah-rumah yang dihasilkan justru melengkapinya lewat kesederhanaan dan kualitas.

Konsep desain Scandinasian menyuguhkan ruang-ruang yang terasa otentik sebagai hasil perpaduan Skandinavia-Asia, sekaligus sangat selaras dengan kehidupan di negara kepulauan seperti Indonesia.

CORE Concept Living, perusahaan pengembang yang didirikan oleh duo asal Swedia Shanny Poijes dan Victoria Fernandez, mengkhususkan diri pada pendekatan bergaya Scandinasian ini.

Proyek terbaru mereka, Leviro Residences di Munggu, mewakili konsep hunian Scandinasian X Japandi X Balinese Soul—bahkan menjadi proyek properti pertama yang menggunakan konsep desain unik ini di Bali.

Menurut rencana, proyek ini akan diluncurkan pada Oktober 2025, di mana pembangunan dimulai pada Desember 2025 dan rencana serah terima unit pada kuartal keempat 2027.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News