Beranda Pasar Properti Rumah di Bekasi Mulai Dilirik ‘Para Sultan’, Apa Alasannya?

Rumah di Bekasi Mulai Dilirik ‘Para Sultan’, Apa Alasannya?

Bekasi menunjukkan pola yang serupa dengan BSD City pada awal 2020-an, ketika mulai muncul rumah tapak seharga Rp30 miliar yang dibeli oleh para pengusaha besar dari berbagai sektor bisnis.

183
0
15 Tahun Perjalanan Summarecon Bekasi menjadi Kota Terpadu-RealEstat.id
Kawasan Summarecon Bekasi (Foto: Istimewa)
Google search engine

RealEstat.id (Jakarta)Bekasi, baik Kota maupun Kabupaten, memiliki karakteristik yang unik dibandingkan wilayah penyangga Jakarta Lainnya, seperti Bogor, Depok, dan Tangerang.

Meski banyak penduduk Bekasi yang bekerja di Jakarta, namun secara historis menjadi incaran utama para pekerja di kawasan industri sekitar Cikarang, Karawang, dan sekitarnya.

Oleh karena itu, kawasan dengan jumlah penduduk mencapai sekitar 5,8 juta jiwa ini menjadi lokasi bagi banyak perumahan yang pengembangannya menyasar segmen pasar massal.

Menurut Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Department PT Leads Property Services Indonesia, keunggulan transportasi seperti kehadiran Lintas Rel Terpadu (LRT) dan kereta cepat Whoosh Jakarta – Bandung menjadi nilai tambah bagi Bekasi saat ini.

Baca Juga: Kenaikan Harga Rumah di Bekasi Tertinggi di Jabodetabek, Tangerang Paling Laris

Kendati demikian, moda seperti Whoosh belum digunakan secara luas sebagai sarana transportasi harian—lebih banyak dimanfaatkan untuk perjalanan bisnis maupun rekreasi.

Ini menjelaskan mengapa kehadiran moda transportasi canggih tersebut belum berdampak langsung terhadap lonjakan harga rumah di Bekasi.

Sebagai perbandingan, wilayah Tangerang yang bahkan belum dilayani kereta cepat, telah lebih dulu mencatatkan harga rumah hingga Rp30 miliar per unit, yakni di kawasan BSD City.

Leads Property mencatat, secara rata-rata, harga rumah tapak di Bekasi kini mencapai sekitar Rp1,6 miliar per unit, atau naik sekitar 7,8% per tahun dibanding lima tahun lalu (2020), di mana harga rata-rata rumah masih di kisaran Rp1,1 miliar.

Baca Juga: Grand Wisata Bekasi Rilis Klaster Altara Home, Hunian Modern Minimalis Dengan Ruang Terbuka

Martin mengatakan, tren kenaikan ini tergolong tinggi, mengingat harga rumah di wilayah Bekasi masih relatif terjangkau.

“Kisaran harga rumah secara umum berada di antara Rp300 juta hingga Rp2 miliar per unit, dengan tren bergerak menuju angka Rp1,5 miliar per unit,” tuturnya.

Meskipun pasar perumahan Bekasi identik dengan segmen massal, namun selalu ada ceruk pasar bagi kalangan atas di setiap kota besar.

Fenomena menarik muncul dalam beberapa tahun terakhir dengan hadirnya proyek hunian mewah yang menyasar segmen atas, seperti Grand Wisata yang dikembangkan oleh Sinar Mas Land.

Proyek ini menawarkan rumah di kisaran Rp5 miliar – Rp10 miliar per unit, dan berhasil menarik minat para pemilik bisnis menengah dengan omzet cukup besar.

Baca Juga: Harga Capai Rp29,5 Miliar! Summarecon Bekasi Rilis Klaster Super Mewah: Soultan Island

Tapi “rekor” rumah termahal di Kota Patriot kini dipegang Summarecon Bekasi yang menghadirkan perumahan super mewah di Klaster Soultan Island, dengan harga mencapai Rp30 miliar per unit.

Martin mengungkapkan, para pembelinya adalah para pengusaha besar—pemilik pabrik, pelaku perdagangan skala besar, dan sebagainya—yang tergolong sebagai High Net-Worth Individuals (HNWI).

“Kami memperkirakan omzet usaha mereka bisa mencapai miliaran rupiah per bulan,” terangnya.

Namun, proyek-proyek hunian mewah seperti ini sangat niche, eksklusif, dan terbatas jumlahnya. Peluncurannya pun tidak dilakukan secara rutin setiap tahun.

“Dalam proyek semacam ini, eksklusivitas, keamanan, kenyamanan, akses, fasilitas, kualitas bangunan, dan prestise menjadi kunci utama yang ditawarkan pihak pengembang,” ujar Martin.

Baca Juga: Grand Kota Bintang (KotBin): Hunian Premium Terintegrasi di Jantung Bekasi

Melihat perkembangan tersebut, Bekasi menunjukkan pola yang serupa dengan BSD City di Tangerang pada awal 2020-an, ketika mulai muncul rumah tapak seharga Rp30 miliar yang dibeli oleh para pengusaha besar dari berbagai sektor bisnis.

Para pembeli tersebut adalah HNWI dengan kategori end-user yang mencari hunian representatif untuk mengakomodasi keluarga inti mereka.

Kesimpulannya, papar Martin, di setiap kota besar yang menjadi pusat kegiatan bisnis, selalu muncul komunitas HNWI. Selain Jakarta, Bekasi dan Tangerang kini menjadi cerminan nyata tren tersebut.

“Banyak HNWI yang memilih tinggal di hunian mewah di Bekasi karena kedekatannya dengan lokasi usaha mereka, selama lingkungan sosial di sekitarnya juga setara. Meski demikian, bukan tidak mungkin mereka juga memiliki bisnis di Jakarta atau wilayah lainnya,” pungkas Martin.

Redaksi@realestat.id

Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News