Beranda Pasar Properti Tenant Global Kuasai Ritel Premium Jakarta, Kelas Menengah Bertahan dengan Strategi Baru

Tenant Global Kuasai Ritel Premium Jakarta, Kelas Menengah Bertahan dengan Strategi Baru

Menurut Knight Frank Indonesia, pada dasarnya indikator kesehatan sektor ritel bukan hanya diukur dari tingginya jumlah kunjungan, melainkan ketika keramaian tersebut benar-benar berujung pada transaksi.

177
0
Mall Mal Pusat Belanja Ritel Jakarta Surabaya Jabodetabek realestat.id dok
Foto: Dok. Freepik.com
Google search engine

RealEstat.id (Jakarta) – Secara umum, performa sektor ritel di Jakarta pada semester pertama tahun 2025 menunjukkan tren positif.

Konsultan properti Knight Frank Indonesia mencatat, total pasokan mal meningkat 0,3% secara tahunan, sehingga mencapai luas 4.332.092 m².

Sementara itu, rata-rata tingkat okupansi ruang ritel di Jakarta berada di angka 77,4%, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

“Dari sisi harga sewa, terjadi kenaikan sekitar 3% secara tahunan (year-on-year),” jelas Syarifah SyaukatSenior Research Advisor Knight Frank Indonesia saat konferensi pers, Kamis (11/9/2025).

Baca Juga: Mal-mal Terkenal di Jakarta Dibanjiri Tenant, Sampai Harus ‘Waiting List’ Panjang

Knight Frank Indonesia memperkirakan, hingga 2026 akan ada tambahan empat ritel baru yang beroperasi di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.

Sementara itu, masuknya tenant baru pada ritel kelas menengah ke atas didominasi oleh merek global, meliputi sektor FnB, fesyen, elektronik, gaya hidup, kecantikan, hiburan, hingga perlengkapan rumah tangga.

Masalah Ritel Kelas Menengah – Bawah

Lebih lanjut, Syarifah mengungkapkan, saat ini ada indikasi pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah.

Hal ini terlihat dari kunjungan ke ruang ritel yang lebih banyak dilakukan untuk kebutuhan makan-minum, bersosialisasi, atau sekadar mencari suasana baru.

Sementara itu, aktivitas transaksi pun diperkirakan melemah, yang tercermin dari keluarnya sejumlah tenant di sektor fesyen, gaya hidup, dan perlengkapan rumah tangga.

Baca Juga: Sempat Diterpa Isu Daya Beli, Okupansi Ruang Ritel Jakarta Capai 90%

“Di sisi lain, gerai makanan dan minuman masih menunjukkan pertumbuhan yang tangguh. Hal ini terbukti dengan ekspansi beberapa brand F&B ritel di awal tahun, seperti Chagee, 88 Seoul, dan 4Fingers Crispy Chicken,” tuturnya.

Sari—sapaan akrab Syarifah Syaukat—menjelaskan, secara keseluruhan performa ritel tetap bervariasi sesuai segmentasi pasar masing-masing.

Ritel premium, misalnya, masih mencatat kinerja solid dengan adanya ekspansi dari gerai sektor fesyen, F&B, dan lifestyle.

“Segmen ini umumnya dikunjungi pembeli yang datang dengan tujuan belanja nyata, sehingga mencerminkan kualitas trafik yang lebih tinggi,” urainya.

Sementara itu, ritel kelas menengah ke bawah masih berusaha bertahan dengan berbagai strategi, mulai dari penerapan omni channel marketing hingga pemanfaatan ruang terbuka untuk pameran, event, atau aktivitas hobi yang dapat menarik lebih banyak pengunjung.

Baca Juga: Konsep Ritel Semi-Outdoor Lifestyle, Solusi di Tengah Lesunya Pasar Properti Jakarta

Syarifah menjelaskan, pada dasarnya indikator kesehatan sektor ritel bukan hanya diukur dari tingginya jumlah kunjungan, melainkan ketika keramaian tersebut benar-benar berujung pada transaksi.

“Kondisi inilah yang akan menjadi penanda keberlanjutan pertumbuhan ruang ritel,” tegasnya.

Adapun gelombang aksi demonstrasi belakangan ini sempat memberikan dampak langsung terhadap operasional dan tingkat kunjungan di beberapa ritel yang berlokasi di pusat aksi.

Untuk itu, ke depan, pemerintah diharapkan mampu memulihkan rasa aman dan kepercayaan masyarakat agar situasi kembali kondusif.

“Selain itu, pengelola ritel juga perlu memperkuat interaksi melalui media sosial untuk menjaga keberlangsungan operasional, sekaligus mempertahankan kepercayaan tenant maupun pengunjung,” katanya.

Baca Juga: Knight Frank: Pusat Ritel Jakarta Perlu Angkat Tema Menarik Sebagai Point of Attraction

Pada kesempatan yang sama, Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia, menjelaskan bahwa pola belanja masyarakat kini mulai mengalami pergeseran.

Sebagian transaksi telah beralih ke ranah e-commerce, sehingga ruang ritel tidak lagi berfungsi semata sebagai tempat berbelanja, melainkan berkembang menjadi ruang multifungsi yang mencakup interaksi, edukasi, sosialisasi, aktivitas bermain, hingga olahraga.

Menurutnya, pola konsumsi konsumen saat ini cukup menantang, sehingga para pengelola ritel dituntut untuk terus berinovasi.

“Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah menghadirkan desain ruang olahraga yang sejalan dengan tren gaya hidup sehat, misalnya menyediakan fasilitas padel tennis, pickleball, dan aktivitas sejenis,” pungkasnya.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News