Beranda Pasar Properti Mal-mal Terkenal di Jakarta Dibanjiri Tenant, Sampai Harus ‘Waiting List’ Panjang

Mal-mal Terkenal di Jakarta Dibanjiri Tenant, Sampai Harus ‘Waiting List’ Panjang

Pada Kuartal II 2025, tingkat keterisian secara keseluruhan ruang ritel di Jakarta tercatat sebesar 90,2%, atau meningkat tipis sekitar 0,2% dibanding kuartal sebelumnya.

1181
0
Mal Grand Indonesia Ruang Ritel Jakarta Kuartal i ii iii iv 2024 2025 realestat.id dok
Mal Grand Indonesia (Foto: Realestat.id)
Google search engine

RealEstat.id (Jakarta) – Pasokan ruang ritel di Jakarta tidak mengalami penambahan di Kuartal II 2025, lantaran tidak adanya pembukaan mal baru pada rentang waktu tersebut.

Di tengah ketiadaan pasokan baru, distribusi ritel Jakarta tetap stabil, di mana Kawasan Pusat Bisnis (CBD) Jakarta menyumbang suplai terbesar, yakni berkisar 27%.

Melihat kondisi pasar ritel di Jakarta saat ini, pusat perbelanjaan yang sudah beroperasi terus bersaing untuk menarik minat para pengunjung.

Baca Juga: Sempat Diterpa Isu Daya Beli, Okupansi Ruang Ritel Jakarta Capai 90%

Konsultan real estat Leads Property mencatat, Pasar ritel Jakarta mengalami tambahan permintaan baru sekitar 7.120 m².

Lippo Mall Nusantara, Agora di Thamrin Nine, dan Puri Indah Mall 2 menjadi tiga kontributor utama terhadap permintaan tersebut di Jakarta.

Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Department PT Leads Property Services Indonesia mengatakan, Lippo Mall Nusantara telah memposisikan diri sebagai destinasi belanja pilihan bagi para peritel yang ingin meluncurkan toko flagship mereka.

“Bahkan, sejumlah merek nasional dan internasional yang sudah lama dinantikan ekspansinya kini telah membuka gerai baru di mal yang berlokasi di kawasan Semanggi ini,” tuturnya.

Baca Juga: Konsep Ritel Semi-Outdoor Lifestyle, Solusi di Tengah Lesunya Pasar Properti Jakarta

Data Leads Property memperlihatkan, pada Kuartal II 2025, tingkat keterisian secara keseluruhan ruang ritel di Jakarta tercatat sebesar 90,2%, atau meningkat tipis sekitar 0,2% dibanding kuartal sebelumnya.

Kondisi ini tergolong moderat, meskipun terjadi lonjakan jumlah penyewa (tenant) baru. Namun, perlu dicatat bahwa banyak penyewa lama juga digantikan oleh penyewa baru.

Martin menerangkan, seiring meningkatnya minat masyarakat Jakarta terhadap olah raga seperti padel, tenis, dan lari, toko yang menjual fesyen dan perlengkapan olah raga mencatat kinerja yang sangat baik.

“Merek seperti Decathlon, Foot Locker, dan Sport Station menjadi yang paling aktif berkembang,” paparnya.

Baca Juga: Persaingan Ketat, Pusat Perbelanjaan di Jakarta Harus Lebih Proaktif. Begini Caranya!

Sementara itu, rata-rata tarif sewa dasar mengalami pergeseran, terutama dipengaruhi oleh pergerakan tingkat keterisian.

Secara keseluruhan, tarif sewa ritel di Jakarta mencapai Rp470.200 per m² per bulan, atau tumbuh 0,5% secara kuartalan.

Tarif di CBD Jakarta dan kawasan luas CBD masing-masing mencatat Rp586.000 dan Rp420.500 per m² per bulan.

“Tarif sewa di CBD Jakarta relatif stabil, sedangkan di kawasan luar CBD tumbuh tipis 0,8% (QoQ),” katanya, menjelaskan.

Ada fenomena yang cukup kontras terjadi di pasar ritel Jakarta. Di satu sisi, banyak pusat perbelanjaan dengan performa yang biasa-biasa saja, harus bersaing untuk mendapatkan penyewa guna meningkatkan tingkat keterisian (okupansi) mereka.

Baca Juga: Pasokan Ruang Ritel di Jabodetabek Capai 8,4 Juta Meter Persegi di 2026

“Sementara di sisi lain, pusat perbelanjaan yang secara konsisten memperlihatkan kinerja terbaik, memiliki waiting list (daftar tunggu) panjang dari penyewa merek ternama yang menunggu ketersediaan ruang,” ungkapnya.

Ke depan, jelas Martin, proyek pusat perbelanjaan yang telah lama dinantikan, seperti Menara Jakarta dan Lippo Mall Eastside di Holland Village, diperkirakan baru akan rampung dalam satu tahun mendatang.

Tingkat keterisian diperkirakan berada di kisaran 85% – 90% seiring hadirnya pasokan baru tersebut, sementara tarif sewa diperkirakan tetap kompetitif.

“Segmen F&B, produk olah raga, fesyen, aksesori, dan hiburan diperkirakan akan menjadi tolok ukur pembentuk permintaan, mengikuti pertumbuhan basis pelanggan mereka,” pungkasnya.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News