Beranda Pasar Properti Pasar Apartemen Jakarta Stabil, Segmen Upper–Luxury Jadi Penggerak Utama

Pasar Apartemen Jakarta Stabil, Segmen Upper–Luxury Jadi Penggerak Utama

Tingkat penjualan rata-rata apartemen di Jakarta pada Kuartal III 2025 tetap kuat di angka 83% yang menunjukkan pasar masih cukup sehat meski persaingan ketat.

211
0
Kondominium Apartemen Jakarta Kuartal I II III IV 2024 2025 2026 Realestat.id dok
Progres pembangunan apartemen di Jakarta Selatan. (Foto: Dok. Realestat.id)
Google search engine

RealEstat.id (Jakarta) – Pasar apartemen Jakarta pada Kuartal III 2025 menunjukkan pergerakan yang relatif stabil dengan beberapa dinamika penting baik dari sisi pasokan, permintaan, maupun harga.

Konsultan real estat, Leads Property mencatat, total pasokan kumulatif apartemen strata-title yang mencapai 259.900 unit, menjadi indikator bahwa suplai di Ibu Kota masih berada pada fase moderat tanpa lonjakan proyek baru.

Dari sisi lain, pasar mencatat permintaan sebanyak 288 unit sepanjang kuartal ini, dengan dominasi pada segmen upper dan luxury.

“Hal ini menandakan bahwa konsumen kelas menengah atas masih menjadi motor utama transaksi apartemen di Jakarta,” tutur Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Department PT Leads Property Services Indonesia.

Baca Juga: Pasokan Minim, Pasar Apartemen Jakarta Masih Hadapi Tantangan Hingga Akhir 2025

Sementara itu, jumlah unit apartemen yang belum terjual mencapai 44.200 unit, yang merupakan akumulasi dari berbagai proyek yang telah diluncurkan sebelumnya.

Meski demikian, tingkat penjualan rata-rata apartemen di Jakarta pada Kuartal III 2025 tetap kuat di angka 83%, stabil dibanding kuartal sebelumnya dan menunjukkan pasar masih cukup sehat meski persaingan ketat.

Dari sisi harga, rata-rata harga jual apartemen berada di level Rp27,8 juta per meter persegi, hanya naik sekitar 0,5% secara kuartalan, mencerminkan kondisi pasar yang bergerak hati-hati di tengah ketidakpastian makro.

Pasokan di Luar CBD Mendominasi

Performa pasar apartemen berdasarkan area menunjukkan dominasi kawasan Non-CBD Jakarta (Outer Central Business District) sebagai penyumbang terbesar dengan kontribusi pasokan sebesar 79%.

Leads Property mencatat, kawasan ini mengalami pertumbuhan harga 0,7% secara kuartalan (QoQ), dengan harga jual rata-rata Rp26 juta per meter persegi.

Baca Juga: Leads Property: 45.000 Unit Apartemen di Jakarta Belum Laku Terjual

Dominasi Non-CBD Jakarta tidak lepas dari kelengkapan fasilitas perkotaan, akses yang mudah menuju berbagai pusat aktivitas, serta perkembangan kawasan yang terus berlanjut.

“Hal ini menjadikannya lokasi yang paling menarik bagi pengembang maupun pembeli,” terang Martin Samuel Hutapea.

Di sisi lain, CBD Jakarta berkontribusi 21% terhadap total pasokan apartemen dan mencatat pertumbuhan harga yang lebih moderat, yakni 0,15% secara kuartalan.

Harga jual rata-rata di kawasan ini berada di kisaran Rp58 juta per meter persegi, mencerminkan kondisi pasar yang lebih stabil dan terbatasnya penambahan pasokan baru.

“Kedua kawasan ini menunjukkan dinamika yang berbeda, namun tetap menjadi pusat pergerakan utama pasar apartemen di Jakarta,” tuturnya.

Baca Juga: Pasokan Melimpah, Pengembang Masih Enggan Bangun Apartemen Baru di Jakarta

Martin Samuel Hutapea Leads Property realestat.id dok
Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Department PT Leads Property Services Indonesia. (Foto: Istimewa)
KawasanKontribusi PasokanPertumbuhan Harga (QoQ)Harga Jual Rata-RataKeterangan
Jakarta OCBD (Outer Central Business District)79%0,7%Rp 26 juta/m²Menjadi pusat perkembangan apartemen, ditopang fasilitas lengkap dan kedekatan dengan pusat ekonomi.
Jakarta CBD21%0,15%Rp 58 juta/m²Kawasan pusat bisnis dengan dominasi proyek premium; data harga sesuai sumber.

Sumber: Leads Property

Indikator Pasar Apartemen Jakarta 2026

Memasuki 2026, pasar apartemen Jakarta diproyeksikan bergerak stabil, dengan pasokan kumulatif yang tetap berada di angka 259.900 unit.

Sementara itu, permintaan diperkirakan meningkat hingga 400–500 unit, sedangkan harga jual bertahan di kisaran Rp27,5 juta – Rp28 juta per meter persegi.

Baca Juga: 10 Tips Beli Apartemen Second agar Kamu Bisa Dapat Untung

Kondisi ini dinilai mencerminkan bahwa pasar properti vertikal di Jakarta sedang memasuki fase konsolidasi setelah melewati beberapa tahun penuh tekanan dan tantangan.

“Pengembangan apartemen di Jakarta saat ini masih harus bersaing ketat dengan rumah tapak, terutama karena harga keduanya mulai berada di rentang yang mirip,” jelas Martin.

Untuk mendorong pertumbuhan, insentif fiskal seperti pengurangan pajak, skema cicilan lebih ringan, hingga penyesuaian biaya IPL dinilai penting.

Adapun proyek apartemen middle to upper masih terpusat di kawasan Jakarta yang memiliki fasilitas lengkap, akses transportasi umum memadai, serta kedekatan dengan pusat bisnis.

“Tren ini sejalan dengan kebutuhan konsumen urban yang mengutamakan mobilitas dan konektivitas,” katanya, menambahkan.

Baca Juga: 6 Keuntungan Bila Kamu Tinggal di Apartemen Lantai Paling Atas

Di sisi lain, preferensi Generasi Milenial dan Gen Z sebagai end-user dan first-home buyer, cenderung mengarah pada hunian yang menawarkan lokasi strategis, dekat transportasi umum, dan memungkinkan akses cepat ke pusat komersial maupun perkantoran.

“Gaya hidup aktif dan mobilitas tinggi membuat mereka mencari hunian yang praktis dan efisien,” terang Martin.

Di sisi lain, segmen luxury condominium dengan tipe 3–4 kamar tidur masih menunjukkan permintaan kuat.

Segmen ini menyasar end-user non-first-home buyer yang menempatkan nilai pada kenyamanan, eksklusivitas, serta gaya hidup premium.

“Kami memprediksi apartemen kelas atas akan tetap menjadi penggerak utama pasar dalam jangka menengah,” pungkas Martin.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

14 + twenty =