Beranda Pasar Properti Tren Pasar Ruko di Tangerang dan Fenomena Surga Kuliner Gading Serpong

Tren Pasar Ruko di Tangerang dan Fenomena Surga Kuliner Gading Serpong

Deretan Ruko di kawasan Gading Serpong terlihat sangat ramai dan hidup, karena secara historis kebanyakan pembelinya adalah end user, bukan didominasi investor seperti kawasan lain di Tangerang.

226
0
Management Traffic Boulevard Kota Gading Serpong Tangerang Ruko Paramount Land realestat.id dok
Traffic lalu lintas di Boulevard Gading Serpong (Foto: Dok. Paramount Land)
Google search engine

RealEstat.id (Jakarta) – Pasar properti di Tangerang mendapat berkah dengan masuknya beberapa pengembang besar yang membangun perumahan skala township, seperti BSD City, Alam Sutera, Summarecon Agung, Paramount Gading Serpong, Bintaro, Lippo Karawaci, dan Citra Garden Serpong.

Fenomena ini membuat kawasan Tangerang tidak hanya menjadi lokasi perumahan elit yang nyaman dihuni dan prospektif secara investasi, tetapi juga memasok produk properti komersial seperti rumah toko (Ruko) untuk tempat usaha.

Konsultan real estat, Leads Property mencatat, sejak sekitar 10 tahun terakhir, terdapat sekitar 18.300 unit pasokan kumulatif Ruko di Jabodetabek, di mana Tangerang mendominasi pasokan dengan angka 68% atau berkisar 12.500-an unit Ruko.

“Harga rata-rata pun juga telah mencapai Rp22 jutaan per meter persegi, hampir mirip dengan harga rata- rata Ruko di Jakarta yang mencapai Rp25 jutaan per meter persegi,” terang Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Department PT Leads Property Services Indonesia kepada Realestat.id.

Baca Juga: Kenaikan Harga Rumah di Bekasi Tertinggi di Jabodetabek, Tangerang Paling Laris

Dia menuturkan, harga per unit Ruko regular di Tangerang pada umumnya berkisar Rp1 miliar – Rp4 miliar per unit dengan tingkat penjualan berkisar 92%.

Di beberapa tahun terakhir, imbuhnya, penyerapan unit Ruko per tahun di Tangerang bisa berkisar 1.300 – 2.200 unit per tahun, tergantung jumlah launching tahunan.

“Semakin banyak launching, semakin tinggi angka penyerapan Ruko di Tangerang secara tahunan,” ungkap Martin, menegaskan.

Tidak tanggung-tanggung, pasokan Ruko baru di Tangerang bisa sold out kurang dari setahun, bahkan ada yang ludes hanya dalam beberapa bulan saja.

Sementara itu, di sisi pasokan Ruko baru yang di-launching, ungkap Martin, Tangerang mampu mencetak angka 1.300 – 2.500 unit per tahun.

Martin Samuel Hutapea Leads Property realestat.id dok
Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Department PT Leads Property Services Indonesia. (Foto: Istimewa)

Baca Juga: Pinhome Sebut Pasar Rumah Tapak di Tangerang Tumbuh Pesat, Bagaimana Jakarta?

Kuatnya permintaan di Tangerang mendorong pengembang untuk selalu mengalokasikan lahan untuk pembangunan Ruko, karena mereka menargetkan individual businessman, khususnya di sektor makanan-minuman (kuliner).

Oleh karena itu, terangnya, di Tangerang banyak sekali terlihat restoran, bakery, dan kafe yang dibarengi oleh supermarket, wellness, yoga, pilates, salon, barbershop, club serta produk dan jasa lainnya.

“Jadi, kondisi komersial Ruko di Tangerang sudah bertransformasi menjadi lebih elit dan naik kelas, di mana harga makanan dan minuman di restoran pun jadi tidak murah-murah amat,” tutur Martin.

Di Tangerang, bisa dibilang banyak pebisnis individual dengan daya beli tinggi—terlepas apakah mereka end-user atau investor—yang jelas, mereka ini adalah incaran para pengembang untuk menyerap produk Ruko yang dipasarkan.

Baca Juga: Dipimpin Tangerang dan Bekasi, Pasar Perumahan Tapak di Jabodetabek Terus Bertumbuh

Leads Property memperkirakan, omzet kotor per outlet yang dihasilkan bisa mencapai Rp80 juta – Rp300 jutaan per bulan, meskipun ada juga yang lebih.

“Daya beli customer di Tangerang juga bisa dibilang lebih kuat dan mereka konsumtif dibandingkan masyarakat di kawasan lain di Bodebek,” katanya.

Martin memprediksi, ketersediaan lahan yang masih melimpah di Tangerang, khususnya di koridor komersial, akan mendorong pengembang untuk tetap mengembangkan produk Ruko sebagai fasilitas pelengkap bagi pembeli perumahan.

“Pada gilirannya, hal ini akan menarik minat pembeli perumahan untuk memilih Tangerang sebagai tempat tinggal yang memiliki banyak fasilitas komersial ritel, meskipun dalam format Ruko,” jelasnya.

Baca Juga: Semarak! Paramount Land Gelar Grand Opening Hampton Square Gading Serpong

Kota Gading Serpong Paramount Land realestat.id dok
Kawasan Kota Mandiri Gading Serpong (Foto: dok. Paramount Land)

Fenomena Surga Kuliner Gading Serpong

Salah satu kawasan perumahan skala kota (township) di Tangerang yang dinilai paling prospektif untuk pengembangan Ruko adalah Gading Serpong.

Perkembangan pasar Ruko di Gading Serpong menunjukkan tren yang sangat positif dan dinamis, didorong oleh lokasi yang strategis, pertumbuhan populasi, dan permintaan properti komersial yang tinggi.

Martin Samuel Hutapea menerangkan, deretan Ruko di kawasan Gading Serpong terlihat sangat ramai dan hidup.

Menurutnya, hal ini disebabkan, secara historis pembeli Ruko di Gading Serpong adalah pemakai langsung (end user), bukan didominasi investor seperti kawasan lain di Tangerang.

Martin bercerita, di rentang 2004 hingga 2010, produk Ruko di Gading Serpong banyak dibeli oleh banyak end-user yang memang memiliki usaha kuliner.

Baca Juga: Tingkatkan Infrastruktur dan Aksesibilitas, Paramount Land Sulap Gading Serpong Jadi Pusat Bisnis Modern

“Seiring berjalannya waktu, kawasan ini makin identik dengan surga kuliner yang menjadi destinasi bagi penikmat makanan-minuman di Jabodetabek,” katanya.

Semakin ramainya Gading Serpong, membuat pembeli Ruko di kawasan ini banyak yang menjadi repeat buyer.

Martin menuturkan, produk Ruko di Gading Serpong masih menjanjikan, karena profil penghuni di wilayah ini adalah kalangan menengah ke atas yang memiliki daya beli tinggi.

“Selama masih ada jalan komersial, biasanya akan selalu dibangun Ruko. Namun, bila di seluruh koridor sudah terbangun produk komersial, barulah pengembang mencari lahan lain untuk ekspansi,” jelas Martin.

Di lain pihak, Anton Sitorus, Head of Research & Consulting CBRE menjelaskan, pasar Ruko di Gading Serpong masih terus bergairah, karena kawasan ini memang telah dikenal sebagai surga kuliner.

Baca Juga: Lokasi Strategis, Aniva Jadi Kawasan Komersial Paling Vibrant dan Prospektif di Gading Serpong

Menurutnya, ada beberapa pertimbangan konsumen/investor membeli Ruko di Gading Serpong. Pertama, nama pengembang menjadi salah satu pertimbangan untuk menempatkan investasi.

“Dalam hal ini, kita bisa lihat Paramount Land dinilai sebagai pengembang besar yang memiliki track record dan produk-produk properti yang bagus,” kata Anton Sitorus.

Kedua, kawasan Gading Serpong yang sudah berkembang pesat dan ramai, bisa menjadi salah satu jaminan kesuksesan investasi Ruko.

Ketiga, Ruko jadi pilihan (alternatif) investasi. Dengan harga unit yang tidak lagi murah—bisa mencapai Rp6 miliaran—pembeli Ruko kemungkinan adalah investor yang kelebihan uang atau punya simpanan lebih.

“Sebenarnya, saat ini yield dari penyewaan properti terbilang kecil, tapi dinilai lebih menjanjikan dibanding menempatkan uang di sektor investasi lain, terutama sektor keuangan yang tengah dilanda berbaga isu tak sedap, seperti rekening dormant,” paparnya.

Baca Juga: Ramai Peminat! Paramount Buka Penjualan Grand Boulevard Aniva Studio Loft Gading Serpong Tahap 6

Kawasan Aniva Grande Gading Serpong Paramount Land Realestat.id dok
Kawasan Aniva Grande, Gading Serpong (Foto: Dok. Paramount Land)

Grand Boulevard Aniva: Antara Branding dan Penataan Traffic

Seakan mengamini pernyataan para pengamat properti, produk Ruko Grand Boulevard Aniva di Gading Serpong yang secara resmi diluncurkan pada 15 Agustus 2025, menunjukkan performa yang apik.

Pasalnya, sebanyak 46 unit Ruko yang dirilis dalam lima tahap, berhasil ludes terserap pasar, bahkan sebelum waktu peluncuran, dengan total marketing sales lebih dari Rp300 miliar.

Untuk tahap keenam Grand Boulevard Aniva, pihak Paramount Land sebagai pengembang mulai membuka Nomor Urut Pemesanan (NUP) sejak Senin, 18 Agustus 2025.

Menurut Direktur Sales & Marketing Paramount Land, Chrissandy Dave, ada beberapa faktor yang membuat produk Grand Boulevard Aniva laris manis dipasarkan.

Baca Juga: Laku Keras! Grand Boulevard Aniva Tahap 4 Sold Out, Tahap 5 Segera Dibuka

Pertama, nama brand Aniva telah dibangun sejak pertama kali diserahterimakan di tahun 2022. Mengikuti kawasan yang sebelumnya telah sukses, yaitu Maggiore serta Pisa Grande dan Sorrento, Aniva langsung diisi berbagai usaha kuliner.

“Begitu banyaknya pilihan yang ada di Aniva, sehingga orang yang berburu kuliner sudah tidak perlu mengingat nama resto atau gerai yang akan dituju. Cukup mengingat nama Aniva. Layaknya di sebuah mal, setelah tiba di Aniva, baru mereka menentukan mau makan apa,” terangnya.

Lebih lanjut, Chrissandy Dave memaparkan, Aniva lahir di tengah penyesuaian masa pandemi (new normal), di mana tren mencari kuliner sudah populer di lokasi non-mall.

“Ini yang membuat Aniva menjadi booming, karena keberadaannya sesuai dengan masanya. Dan semua hal itu membuat brand Aniva begitu menghipnotis sebagai sebuah pusat kuliner di Gading Serpong,” katanya.

Baca Juga: Over Subscribed, Grand Boulevard Aniva Gading Serpong Sold-Out Sebelum Launching

Di sisi traffic, imbuhnya, pembangunan perempatan Pasadena sebagai titik terujung boulevard Gading Serpong, menciptakan habit baru lalu lintas kendaraan dari Gading Serpong menuju BSD City, yaitu melalui kawasan Greenwhich.

Sebagai informasi, sebelumnya akses favorit lalu lintas Gading Serpong – BSD City hanya melalui pertigaan Maggiore Goldfinch.

Titik hubung Gading Serpong-BSD City melalui Greenwhich jelas membuat jalur Aniva menjadi semakin hidup sejak 2022.

“Setelah tiga tahun lebih jalur tersebut digunakan, kawasan ini semakin berkembang dan Grand Boulevard Aniva menuai semua benefitnya,” pungkasnya.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News